Cari artikel lain

Postingan Populer

28 Februari 2025

Cahaya Ramadan menerangi ENDonesia yang Gelap Gulita !

Bulan Ramadhan Tahun 2025 menjadi refleksi yang luar biasa bagi Endonesia. #Indonesiagelap, #Indonesiacemas dan #Indonesiagelapgulita adalah sebuah fakta. Bahwa apalagi yang bisa diharapkan dari system pemerintahan jaman now? 

Cita-cita para pendiri bangsa untuk dapat memerdekakan rakyat dari kaum penjajah tak kunjung usai. Selesai kita lepas dari penjajahan fisik 1945. Kita masuk pada fase penjajahan ekonomi, pendidikan dan kini bahkan sesama anak bangsa sudah saling menjajah. Membunuh saudara sendiri dengan penuh kebanggaan. 

Kita bisa melihat dan membayangkan betapa uang negara entah melalui pajak maupun SDA, dirampok sedemikian rupa oleh para elit politik saat ini. Dan sangat-sangat sedikit yang berani terang-terangan membela hak rakyat. 

Mari kita analisa sedikit APBN 2025 yang tembus di angka ; Rp. 3.621,3 triliun, terbagi menjadi belanja sejumlah Rp. 3.621 triliun dan pendapatan sebesar Rp. 3.005 triliun. Defisit ; Rp. 616 Milyar. Dengan menyisakan Utang Negara sebesar Rp. 8.400 trilyun tahun 2025. Dengan kasus korupsi yang parah diantaranya ; 

  1. Korupsi Tata Kelola Minyak di Pertamina, sebesar ; Rp 193,7 Triliun (Tahun 2023 - sejak 2018), prediksi kerugian negara ditaksir bisa tembus sebesar ; Rp. 968,5 Trilyun 
  2. Korupsi Tata Niaga Timah, sebesar ; Rp 300 Triliun
  3. Kasus BLBI, sebesar ; Rp 138 Triliun
  4.  Kasus Duta Palma, sebesar ; Rp 78 Triliun
  5. Kasus PT TPPI, sebesar ; Rp 37,8 Triliun
  6. PT Asabri, sebesar ; Rp 22,7 Triliun
  7. PT Jiwasraya, sebesar ; Rp 16,8 Triliun
  8. Kasus Ekspor Minyak Sawit Mentah, sebesar ; Rp 12 Triliun
  9. Kasus Pengadaan Pesawat di Garuda Indonesia, sebesar ; Rp. 9,37 Trilyun
  10. Korupsi Proyek BTS 4G, sebesar ; Rp. 8 Trilyun 
  11. Korupsi Bank Century, sebesar ; Rp 7 triliun
Tahun 2025, total predisksi kerugian negara dari hasil penjarahan korupsi pejabat negara sebesar ; Rp. 1.598,17 trilyun.  Dana sebesar ini mestinya bisa digunakan untuk membayar utang luar negeri kita yang jatuh tempo di tahun 2025 ini sebesar Rp. 800 Trilyun

Besarnya beban negara atas utang luar negeri ditambah kasus mega korupsi yang gila-gilaan. Kita malah membangun system pemerintahan yang gemuk dan tidak efisien. 48 menteri + 5 pejabat yang tidak berada dibawah menteri koordinator dan 59 Wakil menteri, total 103 pejabat dengan anggaran per tahun untuk mereka sebesar Rp. 18,37 miliar per tahun. Naik sekitar 81,52% dari era Jokowi yang sebanyak 34 menteri dan 18 wakil menteri ; total 52 orang dengan kebutuhan dana Rp 10,12 miliar.

Kita bisa sedikit membandingkan dengan negara lain, diantaranya ; 
  1. China : 26 Menteri
    Jumlah Penduduk : 1409,50 Juta Jiwa
  2. Amerika Serikat : 15 Menteri
    Jumlah Penduduk : 343,6 Juta Jiwa
  3. Indonesia : 48 Menteri + 5 Pejabat dan 59 Wk Menteri
    Jumlah penduduk : 283,49 Juta Jiwa
Maka lihatlah perbandingan ketiga negara tersebut diatas. Apakah kita benar-benar efektif dan efisien jika dibandingkan dengan dua negara adikuasa tersebut diatas? Silahkan disimpulkan sendiri-sendiri. 

Dengan kondisi separah ini, pun kita akan ngutang lagi di tahun 2025 ini sekitar 700 trilyun lebih. Dan tetap memaksakan diri untuk menjalankan program makan siang bergizi gratis dengan anggaran 71 trilyun / tahun. 

Sementara disisi lain diluar sana ; Rakyat - Kaum Petani dan Nelayan serta kaum BURUH, MENJERIT karena kesusahan untuk bertahan hidup. PHK dimana-mana, Pengangguran Terbuka terus menganga seperti tiada solusi, kebebasan berekspresi dan demokrasi makin mengerikan. Dari expresi karya lukis, teater hingga musik mulai menuai gebukan tangan-tangan penguasa. 

Endonesia Gelap? Jawabannya tentu TIDAK! sebab faktanya Endonesia bukan gelap lagi, tapi Semakin Gelap Gulita. Kita tidak sedang menyongsong Endonesia EMAS tetapi kita sedang dan berada dalam kondisi menyambut Endonesia Super Cemas. 

Dan berbicara Puasa Ramadhan. Ketahuilah wahai para pemimpin bangsa yang masih memiliki nurani. Rakyat sudah terbiasa puasa. Sebab Puasa adalah menahan nafsu. Entah nafsu amarah, nafsu kebencian, nafsu lapar dan dahaga. Kita - rakyat nusantara sudah terbiasa menahan segala sesuatu demi kebaikan negeri tercinta. Artinya adalah ; bahwa puasa seperti puasa di bulan ramadhan - bagi rakyat endonesia adalah sudah menjadi kebiasaan keseharian. 
  1. Tidak mampu membayar sekolah anak - kita menahan diri / puasa
  2. Tidak mampu menjalankan bisnis agi - kita menahan diri / puasa  
  3. Dibohongi pertamax ternyata pertalite - kita menahan diri / puasa
  4. Dikorupsi semua harta pajak dan sumber daya alam kita - rakyat menahan diri / puasa
  5. Dbohongi makan siang bergizi gratis tapi pajak dinaikan - kita / rakyat menahan diri puasa
  6. dan seabreg problematika kerakyatan yang didzalimi para pejabat korup - rakyat menahan diri / puasa
So... kita berharap semoga puasanya kita semua di bulan Ramadhan kali ini (2025) bisa menjadi lentera bagi diri dan pejabat negara agar kita dan mereka dapat kembali kepada kesadaran diri dengan sepenuh hati. Bahwa Jabatan adalah amanah untuk dijalankan dengan sebaik-baiknya demi kepentingan dan kemakmuran rakyat. BUKAN untuk kemakmuran diri dan golongan-nya dengan memeras keringat dan darah rakyat. 

Semoga setelah Ramadhan usai, Bangsa kita tidak lagi Gelap Gulita. 
Jika Pasca Ramadhan kok masih Gelap Gulita, Maka tiada lain selain kata #LAWAN dan #REVOLUSI
 

Salam Nusantara 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah meninggalkan jejak dilapak ane, tunggulah kunjungan balik ane ke lapak agan-agan semua.. Salam Rahayu dan Salam waras. Wahono Secret