Cikal bakal lahirnya Kongres Pemuda Indonesia dimulai sejak 1908. Ketika Mahasiswa Indonesia yang kuliah di Denhaag – Belanda membentuk wadah organisasi bernama Perhimpunan Indonesia. Kemudian pada tahun 1915, berdiri wadah organisasi bernama ; Tri Koro Dharmo – sebagai wadah organisasi jong jawa.
Dan pada tahun 1926 ; baru terlaksana Kongres Pemuda Indonesia Pertama, yang melahirkan kesepakatan bahwa Bahasa melayu sebagai bahasa persatuan. Baru pada tahun 1928 ; terlaksana Kongres Pemuda Kedua – yang melahirkan Sumpah Pemuda, yakni ; Berbangsa satu – berbahasa satu dan bertanah air satu – Indonesia.
Sejak tahun 1928 hingga tahun 2025, kita telah memperingati hari sumpah pemuda sebanyak 97 kali. Jika dalam kalender jawa – Bangsa Indonesia ini mengalami siklus empat windu yang berputar per 32 tahun ( satu windu = delapan tahunan ) maka kita telah mengalami siklus 3 putaran sejak terjadinya peristiwa Kongres Pemuda Indonesia.
Dan ditahun 2025 ini, kita sedang masuk pada Fase Siklus Windu Sancaya atau Sancahya, yakni sebuah siklus yang dimulai sejak tahun 2024 berakhir pada 2032. Siklus Windu Sancaya adalah sebuah fase 8 tahun yang berbicara tentang ; masa kembalinya keberuntungan dan kejayaan. Fase ini dianggap sebagai puncak dari siklus, di mana kerja keras sebelumnya membuahkan hasil.
Fase windu sancaya ini tidak serta merta berhasil sesuai prediksi yang tertulis dalam arti sancahya. Ada syarat yang mesti terpenuhi agar windu sancahya ini dapat terwujud di penghujung tahun kedua - fase windu sancahya. Yakni : Rekonsiliasi. Lalu apa yang di maksud rekonsiliasi dalam fase windu sancahya tersebut? Seluruh elemen masyarakat tanpa terkecuali mesti menyadari bahwa sudah tidak ada lagi benar salah dan kalah menang. Semua bersepakat untuk bekerjasama, bergandengan tangan membangun bangsa. Apakah ini dapat terwujud pada arealita kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini? Mari merenung bersama-sama.






